Kira-kira apa yang muncul di benak kalian saat mendengar istilah “Kurikulum Merdeka”? Tidak bisa dipungkiri, istilah ini sering kita dengar akhir-akhir ini dalam konteks pendidikan. Namun, sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita kenali terlebih dahulu apa itu kurikulum.
Di dunia pendidikan, kurikulum adalah panduan sistematis yang berisi tujuan, isi, dan cara-cara pelaksanaan pembelajaran. Ibaratnya seperti peta yang akan membantu guru dalam menavigasi proses pengajaran di kelas. Dari ini, dapat kita pahami bagaimana pentingnya kurikulum dalam menentukan arah serta proses pendidikan yang hendak kita capai.
Penting untuk diketahui bahwa penerapan Kurikulum Merdeka di Indonesia bukan sekadar mengganti nama atau bentuk, melainkan sebuah langkah revolusioner dalam pembelajaran. Supaya lebih lanjut memahaminya, berikut Eduinesia.com jabarkan penjelasannya.
Apa Itu Kurikulum Merdeka?
Kurikulum Merdeka adalah sebuah perancangan program kurikulum yang berfokus pada konsep “merdeka” untuk seluruh unsur dalam pendidikan. Konsep “merdeka” yang dimaksud adalah kebebasan dan kemandirian dalam proses pembelajaran.
Hal ini dimaksudkan agar memberikan kebebasan kepada penyelenggara pendidikan termasuk guru dan kepala sekolah. Tujuan utama dari Kurikulum Merdeka adalah memberi kebebasan dalam penyusunan, pembuatan, dan implementasi program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan kepada guru untuk menata pembelajaran berdasarkan tatanan dasar sambil mempertimbangkan karakteristik belajar siswa. Pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa akan menghasilkan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan, yang diharapkan dapat meningkatkan kompetensi diri siswa.
Dalam penerapannya, Kurikulum Merdeka memiliki keunikan yang membedakannya dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum ini disusun dengan cara sederhana tetapi menyeluruh, fokus pada materi penting dan pengembangan kompetensi siswa sesuai jenjangnya.
Disamping itu, Kurikulum Merdeka mempermudah Pengajar atau guru dalam segi administrasi. Komponen dalam kurikulum ini dirancang dengan relevansi tinggi sehingga menunjang pembelajaran yang interaktif, seperti pembelajaran berbasis proyek dan kolaboratif.
Model pembelajaran yang dikembangkan dari Kurikulum Merdeka diharapkan mampu mendorong siswa untuk lebih kritis dalam mengeksplorasi dan menyelidiki suatu permasalahan, sehingga dapat memicu perkembangan karakter dan kompetensi siswa.
Dalam kurikulum ini, pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang berpusat pada siswa dan pengembangan potensi mereka secara holistik dijadikan acuan. lebih jauh, Kurikulum Merdeka sejalan dengan visi Indonesia Maju, yang menekankan pentingnya pendidikan yang merdeka, berkarakter, dan berdaya saing.
Dalam rangka mendukung pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka, yang dulunya dikenal sebagai kurikulum prototipe, dirancang agar lebih fleksibel. Kurikulum ini menitikberatkan pada materi esensial sekaligus mendorong pengembangan karakter dan kompetensi setiap peserta didik.
Karakteristik Kurikulum Merdeka
Kurikulum ini menitikberatkan pada materi esensial sekaligus mendorong pengembangan karakter dan kompetensi setiap peserta didik. Dengan demikian, karakteristik utama yang menjadi andalan dalam proses pemulihan pembelajaran meliputi:
Pembelajaran Berbasis Proyek
Metode ini dirancang untuk mengasah keterampilan lunak dan karakter siswa, sejalan dengan profil pelajar Pancasila. Berdasarkan pendekatan ini, Peserta didik diharapkan bisa lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar.
Fokus pada Materi Esensial
Dengan menitikberatkan materi yang paling penting, kurikulum ini memastikan bahwa siswa memiliki waktu yang cukup untuk mendalami kompetensi dasar, seperti literasi dan numerasi. Ini berarti siswa dapat benar-benar memahami dan menguasai pelajaran yang konkret.
Fleksibilitas bagi Guru
Kurikulum ini pun memberikan keleluasaan kepada pendidik dalam menerapkan pembelajaran yang terdiferensiasi. Artinya, guru dapat menyesuaikan pembelajaran sesuai kemampuan individu siswa, sambil mempertimbangkan konteks lokal di mana mereka berada.
Struktur Kurikulum Merdeka Pada Tiap-Tiap Jenjang Pendidikan
Struktur Kurikulum Merdeka mencakup komponen intrakurikuler yang berisi kompetensi, isi pembelajaran, dan beban belajar. Berikut ini adalah rincian untuk jenjang pendidikan dari PAUD hingga jenjang yang sederajat dengan SMA.
PAUD
Strukturnya terdiri dari kegiatan intrakurikuler yang fokus pada aktivitas bermain dan pembelajaran literasi untuk menumbuhkan minat baca siswa.
Kemudian, terdapat P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang berada di luar kegiatan intrakurikuler. Tujuan P5 adalah menanamkan nilai-nilai Pancasila, agama, dan budi pekerti pada siswa. Pada jenjang PAUD, belum ada struktur kegiatan ekstrakulikuler.
SD
Kegiatan intrakurikuler di jenjang SD mencakup penguatan dasar literasi melalui pembelajaran mata pelajaran IPA, IPS, dan Bahasa Inggris.
Bagian kokurikuler berfokus pada penanaman nilai-nilai budi pekerti, penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan lain sebagainya.
Informasi penting yang disajikan secara kronologis menjaga keberlangsungan pembelajaran.
Kegiatan ekstrakurikuler untuk siswa SD sudah tersedia, meski pilihannya masih terbatas, dengan Pramuka sebagai salah satu kegiatan yang pasti ada.
SMP
Untuk jenjang SMP, struktur intrakurikuler melibatkan pembelajaran kompetensi teknologi digital, pemikiran komputasional, serta informatika.
Aspek kokurikulernya tak jauh berbeda dengan jenjang SD, meliputi pembentukan karakter, moral, nilai luhur, agama, dan Pancasila sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat.
- SMA/SMK/MAK
Menurut informasi dari situs guru.kemdikbud.go.id, struktur Kurikulum Merdeka untuk jenjang SMK/MAK dibagi menjadi dua bagian:
- Pembelajaran intrakurikuler, yang untuk SMK, dibagi kedalam dua kelompok mata pelajaran umum serta kejuruan.
- Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, yang dialokasikan dari total JP mata pelajaran umum dan beberapa mata pelajaran pilihan per tahun.
Tujuan Kurikulum Merdeka Belajar
Mengembalikan Otoritas Lokal dalam Pendidikan
Dalam hal ini, otoritas yang diberikan mencakup fleksibilitas dalam merencanakan, membuat, dan mengevaluasi program-program pendidikan. Tentu saja, harus tetap berpedoman pada prinsip Merdeka Belajar yang disusun oleh pemerintah pusat.
Sebagai ilustrasi, hal ini bisa dianalogikan dengan proses pembuatan kue, di mana pemerintah pusat hanya menyediakan bahan-bahannya, sementara pemerintah daerah dan sekolah bebas mengolahnya sesuai selera dan kebutuhan lokal.
Mempercepat Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional
Bagaimanapun juga, Kurikulum Merdeka Belajar bertujuan untuk mempercepat pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dengan otoritas pengelolaan pendidikan yang diberikan, diharapkan tercipta sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan memiliki daya saing tinggi. Hal ini diwujudkan melalui penguatan karakter siswa, mencakup akhlak mulia serta penalaran tinggi, baik dalam literasi maupun numerasi.
Menyiapkan Tantangan Global Era Revolusi Industri 4.0
Era revolusi industri 4.0 membawa tantangan yang harus dihadapi hampir di semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Tantangan ini meliputi perubahan cara berpikir, belajar, dan bertindak untuk terus berinovasi serta mengembangkan kreativitas di berbagai bidang.
Agar dapat menghadapi tantangan ini, diperlukan kolaborasi seluruh pihak, termasuk pemerintah, pendidik, peserta didik, orang tua, dan komunitas. Salah satunya adalah peningkatan kecakapan literasi digital. Tidak hanya bagi siswa, pendidik juga dituntut meningkatkan kompetensi dan pemahaman literasi digital untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keilmuannya.
Menguatkan Pendidikan Karakter melalui Profil Pelajar Pancasila
Pancasila bukan tak cuma untuk dihafal sebagai syarat ujian. Akan tetapi mesti pula diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin meningkatnya sikap intoleran di masyarakat menjadi alasan utama perlunya penguatan karakter sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah.
Kurikulum Merdeka Belajar menawarkan pembelajaran kokurikuler berbasis proyek yang bertujuan menguatkan kompetensi dan karakter siswa sesuai nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai tersebut mencakup keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, kebhinekaan global, gotong-royong, kemandirian, penalaran kritis, dan kreatifitas.
Menjadi Kurikulum Pembaharu Sesuai Tuntutan Pendidikan Abad ke-21
Pendidikan merupakan cara untuk beradaptasi dengan perubahan zaman yang semakin cepat. Oleh karena itu, pembaharuan kurikulum terus dilakukan agar relevan dengan tuntutan pendidikan abad ke-21. Kurikulum Merdeka Belajar hadir sebagai jawaban untuk memenuhi kebutuhan tersebut, menekankan pentingnya kemampuan literasi setiap individu.
Meningkatkan Mutu Pendidikan di Indonesia
Untuk mewujudkan Kurikulum Merdeka Belajar, pemerintah telah melakukan berbagai terobosan. Hal ini meliputi penggantian Ujian Nasional dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), perubahan skema alokasi dana BOS, hingga pengenalan rapor pendidikan.
Selain perubahan teknis, peningkatan kualitas guru melalui pelatihan dan seleksi PPPK juga menjadi fokus utama. Dengan PPPK, diharapkan tidak ada lagi kesenjangan kesejahteraan bagi guru, sehingga mereka dapat fokus mengembangkan potensi terbaik demi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Komponen Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka didasari oleh tiga prinsip utama: berbasis kompetensi, pembelajaran yang fleksibel, serta karakter Pancasila. Untuk Komponen-komponen dalam Kurikulum Merdeka mencakup beberapa bagian penting, yaitu:
Capaian Pembelajaran (CP)
- Kompetensi yang perlu dicapai oleh peserta didik pada akhir fase pembelajaran.
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
- Mengurutkan tujuan dari yang konkret ke abstrak, dari yang mudah ke yang sulit, serta berdasarkan hirarki.
Modul Pengajaran
- Modul ajar yang berisi informasi umum, komponen inti, dan lampiran-lampiran.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
- Elemen-elemen kunci seperti iman, takwa kepada Tuhan YME, dan akhlak mulia kaum pelajar.
Asesmen
- Asesmen terbagi menjadi formatif dan sumatif. Asesmen formatif dilakukan secara berkelanjutan untuk memantau perkembangan belajar peserta didik, sementara asesmen sumatif mengukur hasil belajar pada akhir periode pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
- Termasuk tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, serta komponen penilaian.
Konstruktivisme
- Berhubungan dengan cara peserta didik menggugah pengetahuan yang telah ada.
Pergantian Istilah dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka
Disamping itu ada berbagai Istilah dalam Kurikulum Merdeka yang digunakan. Yaitu sebagai berikut:
Kesimpulan
Penerapan Kurikulum Merdeka merupakan langkah progresif dalam reformasi pendidikan di Indonesia. Dengan sistem ini, pendidikan tidak hanya tentang mengumpulkan pengetahuan, tapi juga mengajarkan bagaimana cara berpikir dan berkreasi.
Diharapkan, siswa Indonesia bisa menjadi individu yang tidak hanya cerdas dalam hal akademik tetapi juga memiliki kepekaan sosial serta kemampuan berpikir kritis. Dalam upaya mewujudkan tujuan ini, dibutuhkan kerja keras dan komitmen dari semua pihak.